Thursday, October 11, 2012

Antara Doa dan Informatika



Ini kisah sebenarnya, tidak ada yang direkayasa selain nama individu demi menjaga privasi orang-orang yang terlibat didalam kisah ini. Sebuah kisah indah perpaduan antara hidup spiritual dan hidup modern.

Jaringan sosial banyak menjamur dimana-mana, saya termasuk salah satu penggunanya dan memiliki  dua macam akun  untuk pemakaian yang berbeda. Satu akun yang berinisial FB untuk pemakaian pribadi  serta akun  berinisial TW untuk usaha  dibidang penjualan barang online. Keduanya sudah merubah hidup saya secara drastis selama ini.

Menikah di usia muda membuat pernikahan saya kandas dalam tempo tiga tahun, kami punya seorang anak perempuan, yang sayangnya karena satu dan lain hal yang tidak bisa saya ungkapkan, saya berpisah dengan putri saya yang saat itu berusia 2 tahun. Selama bertahun-tahun saya berusaha untuk hidup seperti seorang orang normal  biarpun hidup ini terasa hampa, tapi tidak seorangpun menyadari remuknya hati saya selama ini.

Sampai  tahun 2010, dimana mulai merebak  jaringan sosial FB yang telah membantu  saya  menemukan banyak teman lama, saudara jauh maupun eks kolega. Sehingga akhirnya  saya mendapat ide untuk mencari tahu tentang putri saya yang selama ini perkembangannya hanya saya ikuti dari cerita saudara maupun kepala sekolahnya. Saya mulai mencari data seorang teman lama yang namanya cukup unik, dari situ saya dapatkan semua daftar pertemanannya, dan  sayapun mendapatkan profil putri saya, lengkap dengan foto mungil bersama anjing kesayangannya. 

Tapi sesuai dengan janji saya kepada kepala sekolah untuk tidak menganggu putri saya, dengan alasan demi kelancaran studinya, maka saya tidak berani menghubunginya. Penasaran karena saya ingin melihat fotonya dan perkembangan hidupnya,  saya putar otak lalu mendapat ide dan akhirnya membuat identitas palsu, menggunakan foto anak ABG dan meminta pertemanan dengan putri saya yang langsung dibalas. Biasalah anak remaja, sering membalas pertemanan tanpa melihat kenal atau tidak, hanya untuk koleksi teman. 

Sayangnya yang bisa saya perbuat hanya melihat-lihat album fotonya, padahal  ingin sekali saya menyapanya biarpun  menggunakan identitas palsu, tapi saya tidak menemukan caranya. Dari profile Putri saya menemukan beberapa link, salah satunya adalah akunnya di TW. Kebetulan saya punya akun di jaringan yang sama untuk keperluan usaha, sehingga saya jadi sering 'mengintip' putri saya di akun tersebut tanpa menjalin kontak atau follow, dan untungnya akun tersebut selalu update, sehingga saya tahu apa saja yang dilakukannya sejak dua tahun ini.

Saya juga punya blog, yang sebenarnya untuk menuliskan resep-resep kesayangan, tapi pakemnya jadi melenceng karena saya juga sering menulis puisi, tips bahkan semua pikiran-pikiran saya disitu. Salah satu tulisan saya adalah teks sebuah DOA yang memang sering sulit didapatkan di internet. Ternyata secara tidak sengaja, Putri  pernah mampir di blog saya  saat mencari teks DOA tersebut di internet. Inilah awal dari segalanya, Putri mulai merasakan kangen terhadap mamanya.

Beberapa waktu kemudian, tanggal 13 Agustus 2012, putri saya kembali browsing dan jatuh pada sebuah artikel yang saya tulis di blog tersebut mengenai cinta, yang isinya tentang hancurnya kehidupan pernikahan saya dengan papanya. Putri  meninggalkan sebuah komentar, tapi saya ketakutan, karena saya kira komentar tersebut ditulis oleh papanya. Dengan ketakutan saya menutup semua akun blog saya tersebut. 

Saya masih melanjutkan  kebiasaan jelek  mengintip TW Putri, dan akhirnya di awal September saya membaca update : Putri sakit, jatuh pingsan dan sejak itu selalu tidak berhenti menyebutkan ingin bertemu mamanya. Saya merasa seolah-olah dipanggil terus, seperti ada magnet tanpa pikir panjang saya langsung follow akun Putri dengan menggunakan akun bisnis saya di TW. Setiap Putri menulis sedang stres atau sedang gundah, saya selalu meninggalkan pesan dan memberi penghiburan, sampai suatu hari Putri bertanya siapa saya. Dan saya jawab bahwa  saya adalah malaikat pelindungnya. Putri penasaran dan berusaha mengorek semua isi TW saya yang saya kira jejak-jejaknya sudah terhapus semua, karena saya kembali takut ketahuan sama papanya bahwa saya mencoba menghubungi Putri. Tapi ternyata ada satu foto yang tidak terhapus di link TW saya tersebut, sebuah foto yang sama di dalam blog saya. Dari situlah pada tanggal 26 September, putri sadar bahwa dia sedang bertukar komentar dengan mamanya, yang selama ini menantinya selama 15 tahun.

Image from : churchm.ag













No comments: