Saturday, November 27, 2010

Cinta untuk membebaskanb

Makin bertambah usia & pengalamanku, makin aku menyadari bahwa hidup yang kupilih adalah yang paling cocok untukku. Banyak teman dan saudara-saudara yang mengatakan bahwa aku tidak bisa hidup dibawah suami, melainkan sejajar dengan suami, dan kurasa hal itu benar adanya. Untuk itulah sulit buatku hidup bersama seorang pria yang otoriter, dimana aku tidak bisa mengemukakan pendapatku dan bahu membahu untuk memutuskan segala sesuatu yang berkenaan dengan rumah tangga. Aku bukan tipe wanita yang mau menurut saja dengan suami, terutama jika pasanganku salah. Itu juga sebabnya perkawinanku yang pertama berantakan.

Sekarang aku bersyukur pada Tuhan karena dipilihkan seorang pria yang cukup dewasa & memberikan kebebasan padaku untuk berpendapat, bicara dan melakukan bermacam-macam hal. Aku boleh berpakaian semauku, boleh bekerja dimanapun aku mau, boleh bicara selama yang kumau dengan keluarga maupun temanku bahkan sekarang ikut mengatur keuangan rumah tangga. Hal yang tidak pernah aku pernah bayangkan akan kulakukan 16 tahun yang lalu. Terkekang dan terkukung dalam sangkar emas, dipenuhi segala kebutuhan tapi terkekang, telepon dan kunjungan keluarga dibatasi, keluar rumah sendirian hanya sampai batas teras saja, lebih dari itu ada sopir setia yang menemani, bersosialisasi dengan tetanggapun dibatasi, saat aku mengemukakan pendapat, bukan diskusi yang kita lakukan, melainkan aku hrs menghadapi kekerasan bukan hanya fisik tapi juga mental. Sampai suatu saat, parahnya sakit papiku membuatku sadar, bahwa aku tidak bisa hidup seperti ini. Kesimpulannya egois, tapi aku ingin hidup bahagia, bukan hidup penuh harta dan kebahagiaan yang bisa kuperoleh adalah menjadi orang yang berguna, bukan orang sia-sia, bukan pecundang seperti yang dikatakan mantan.

Kini hidupku penuh berkat, kuingin bagikan untuk orang lain. Jangan pernah takut berkata tidak jika kekerasan sudah terjadi di rumah tangga. Bercerai memang bukan solusi yang terbaik, selalu berusaha untuk mema'afkan dan memaklumi, karena setiap manusia punya latar belakang dan masa lalu yang berbeda dengan kita. Tapi ma'af ada batasnya. Saat aku mema'afkan mantan pasanganku, aku meminta dia tidak mengulangi perbuatannya. Tapi baru beberapa minggu setelah kejadian pertama, dia mengulangi lagi & tiap kali terulang selalu lebih parah. Kukatakan padanya tiga kali kuberi kesempatan, lebih dari itu, lupakanlah aku. Dan itulah yang terjadi, itulah keberanian yang telah kulakukan demi harga diriku & harga diri orangtuaku.

Istri yang ingin suaminya berlaku baik padanya, harus berlaku baik & bertutur kata halus pada suaminya, tapi tidak cuma istri melainkan juga suami. Istri yang baik mendukung suami, tapi kalau perbuatan suami menjadi perbuatan kriminal, apa yang seharusnya dikatakan istri? Saat memberi nasihat, malah galon air minum yang dilempar kepada istri? Suami adalah kepala rumah tangga, harus dihormati, tapi setelah dihormati kepala rumah tangga semena-mena terhadap anggotanya.

Mencintai bukan untuk mengekang, tapi untuk membebaskan.




1 comment:

Anonymous said...

Miss bea saya tdk sengaja menemukan blog ini... Mungkin ini adalah sebuah mujizat dr tuhan... Miss bea saya turut senang melihat kebahagiaan miss bea sekarang... Sebenarnya sebuah perceraian bkn sebuah solusi yg tepat... Anda mungkin tdk mengingat sya miss bea... Sy adlah Seorang anak yg saat berumur 2 tahun yg di tinggal olehibunya...